Selasa, 01 Januari 2013

The art of letting go


Melewatkan malam tahun baru kumpul sama keluarga, barbeque-an terus nemenin anakku tidur jadi cerita malam pergantian tahun baru dari 2012 ke 2013 tadi malam. Tahun lalu saya melewatkan malam tahun baru tanpa baby tapi dengan suami dan tahun ini saya melewatkan malam tahun baru dengan my newborn baby tapi tanpa suami karena suami saya harus nemenin nenek-nya yang sedang dirawat di ICU. Sedih sih ga bisa melewatkan malam tahun baru berkumpul sama suami dan anak tapi gapapa saya harus tetap bersyukur karena di malam tahun baru kali ini Allah sudah memberikan hadiah seorang bayi mungil yang cantik dan menggemaskan.

Apa yang teringat di kala malam tahun baru? sambil menemani anak saya tidur saya mulai mengenang apa saja yang telah saya alami dan bisa lewati di tahun 2012 kemarin. Banyak hal yang cukup mengharu-biru yang saya dan suami saya alami di tahun kemarin. Sebagai pasangan yang baru kurang dari 1 tahun mengarungi bahtera rumah tangga tentunya banyak sekali tantangan hidup yang cukup menguras kesabaran dan air mata kami. Dari mulai masalah pekerjaan, kehidupan pribadi hingga masalah dengan keluarga tapi alhamdulillah semuanya bisa kami atasi dengan baik tanpa menggoyahkan ikatan pertalian rumah tangga kami.


Di tahun 2012 setelah kurang lebih 9 bulan menunggu dan sempat merasa putus asa karena tak kunjung hamil, Allah akhirnya memberikan kepercayaan untuk kami berdua seorang anak yang saya kandung di bulan April dan saya lahirkan dengan proses caesar di bulan November. Tak terkira bahagianya saya saat mengetahui kehamilan saya yang saat itu sudah memasuki minggu ke-lima dan janin-nya terus tumbuh sehat hingga saya lahirkan sebulan yang lalu. Masa-masa kehamilan menjadi saat-saat yang menyenangkan juga terkadang membingungkan, dengan segala perubahan hormon dan emosi yang cukup membuat beberapa masalah kecil menjadi besar antara saya dan suami, sensitivitas yang tinggi hingga masalah kesehatan yang cukup mengganggu. Tapi dengan dukungan dan kasih sayang suami dan keluarga, saya bisa melewati masa kehamilan dengan baik. Walau harus berakhir di meja operasi karena tak kunjung ada pembukaan, kebahagiaan saya dan suami tak berkurang sedikit pun dalam menyambut putri kami yang pertama Ratu Bilqis Fauziah.

Di akhir tahun beberapa pekerjaan dan rencana ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan diperkirakan sebelumnya, beberapa aspek penting dalam kehidupan rumah tangga kami agak tergoyahkan. Kami memutuskan untuk sementara tinggal terpisah, saya tinggal di rumah orang tua saya di Bogor karena waktu melahirkan telah dekat dan akan lebih nyaman bagi saya untuk tetap tinggal di Bogor bersama orang tua sedangkan suami saya harus bulak-balik antara Tangerang dan Karawang untuk pekerjaannya. Untuk saya yang semenjak menikah tidak pernah jauh hingga berhari-hari dari suami saya, hal ini tentu sangat berat, walau komunikasi kami selalu lancar tapi saya merasakan perbedaan yang sangat signifikan saat suami saya tidak ada di sisi saya.

Dari semua hal yang kami hadapi di tahun 2012 kemarin banyak sekali hal yang kami pelajari, salah satu-nya adalah belajar untuk melepaskan. Saya ingat setelah 9 bulan saya tak kunjung hamil karena ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan saya selalu mengalami pendarahan cukup hebat setiap bulan, saya mulai melepaskan keinginan kuat saya untuk hamil dan fokus hanya pada kesembuhan saya. Saya ingat doa saya berubah dari meminta anak menjadi menyerahkan semua keputusan pada Allah, jika memang Allah percayakan kami seorang anak maka tidak ada satupun yang bisa menghalangi keputusannya untuk meniupkan roh seorang bakal manusia di rahim saya, tapi jika Allah belum mempercayakan anak itu untuk kami maka kewajiban kami adalah tetap tawakal dan ikhlas menerima segala keputusan Allah. Disaat itulah Allah memberikan hadiah terindah dalam hidup saya. Kehamilan.

Setelah itu banyak sekali hal yang awalnya saya benar-benar inginkan yang akhirnya harus saya lepaskan, saya benar-benar diuji untuk bisa hidup dan berdamai dengan banyak hal yang sebenarnya diluar kebiasaan dan keinginan saya. Awalnya terasa sangat sulit karena ternyata proses menuju ikhlas itu terkadang cukup menyakitkan. Tapi di titik 'letting go' dan menyerahkan segala permasalah pada Allah, disaat itulah hati saya tenang dan saya bisa menjalani hidup saya dengan lebih baik.

Menjalani hidup jauh dari suami saya juga bukan hal mudah yang harus saya hadapi, di saat saya sedang hamil besar tentunya saya membutuhkan kehadiran suami di samping saya setiap saat. Sempat merasa sedih lalu menambah sensitivitas saya yang ujung-ujungnya jadi konflik, tapi sekali lagi saya mulai untuk melepaskan dan menerima keadaan saya itu sebagai ujian bagi kesabaran saya, ujian kekuatan cinta kami berdua dan ujian untuk saya pribadi sebagai makhluk yang harus bisa mengikhlaskan ketentuan Tuhannya.

Di 2013 beberapa pengharapan telah menggelayut dalam benak saya dan saya berharap semuanya bisa terwujud di tahun depan. Saya tahu kehidupan tidak akan selalu mudah tapi saya yakin Allah Maha segalanya dan Allah tidak memberikan sesuatu cobaan melainkan kami mampu melewatinya. 

Saya songsong tahun 2013 dengan optimisme, semangat dan persiapan diri yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan segala kebahagiaan dan tantangan yang Allah telah siapkan untuk saya dan keluarga saya, kami akan hadapi semuanya dengan senyuman dan rasa syukur yang tak terhingga.

Terima kasih ya Allah atas tahun yang luar biasa yang telah Engkau anugerahkan untuk saya...


Happy new year everyone!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar